Kargozari


Ada satu orang tinggal di australia, sebagai supir taksi.

Dia punya anak :

1. Anaknya yang pertama umur 16 tahun sudah selesai hafalan quran
2. Anaknya yang kedua berumur 13 tahun sudah selesai juga hafalan Qur’annya
3. Anaknya yang ketiga umur 11 tahun tinggal 3 juz lagi jadi hafidz seperti kakak-kakaknya
4. Anaknya yang ke empat umur 7 tahun sudah hafal 5-6 juz
5. Paling kecil bungsu belum bisa bicara

Lalu saya bertanya karena heran:

ini hafalan Qurannya dimana ? jawabnya di australia
apa ada pesantrennya atau tahfidznya disana ? jawabnya tidak ada
kalau gitu belajarnya dimana ? jawabnya dirumah
sama siapa ? jawabnya sama istri
apakah istrinya hafidzoh ? jawabnya tidak
Setornya ke siapa ? jawabnya anak-anak setor ke ibunya

lho kok bisa ? ini lebih aneh lagi, di negeri orang kafir mayoritasnya, tidak ada pesantren atau tahfidznya, dia dan istrinya bukan hafidz / hafidzoh tapi bisa menghasilkan anak-anak yang hafidz dan hafidzoh. Bapaknya supir taksi dan ibunya bukan hafidzoh bisa melakukan ini setiap anak menyetor bacaan quran kepada ibunya. Kenapa bisa ? ini karena ada kemauan dan ada taklim tadi, sehingga terbayang fadhilah-fadhilah jika mempunyai anak-anak yang hafidz al quran.

Kisah :

Seorang Raja anaknya sudah bisa hafal Al Quran, maka si raja ini langsung melapor kepada bapaknya dengan penuh kegembiraan. “Alhamdullillah… Aldamdullillah…. ayah, cucu anda sudah selesai hafalan Qur’annya.” Maka Ayahanda Raja berkata, “Iya tapi itukan yang hafal Al Quran anak kamu bukan anak saya. Jadi kalau anak kamu yang hafal quran, maka yang akan dapat Mahkota itu kamu bukan saya. Kalau saya tidak dapat apa-apa.” Maka dengan sindiran kata-kata singkat ini, akhirnya si sang raja juga ikut menghafal Quran. Karena keseriusan sang Raja menghafal Quran, maka Rajanya juga menjadi Hafidz Quran.

Jika kita serius, sungguh-sungguh, maka jika diusahakan betul-betul tidak akan ada yang mustahil. Di India sana tidak sedikit orang umum tapi hafidz Al Quran, bukan dari kalangan pesantren, tapi dari universitas, dari militer, dari kedokteran, dari berbagai profesi.

Maka sebagai Abidah perlu kita jaga amalan-amalan :

1. Sholat-sholat sunnat kita dari : Awwabin, Tahajud, Witir, Tobat, Dhuha, dan yang lainnya

2. Taklim kita jaga waktu-waktunya secara adab dan istiqomah, sehingga suasana agama akan nampak

Tinggalkan komentar

Belum ada komentar.

Comments RSS TrackBack Identifier URI

Tinggalkan komentar